Galeri Nasional Indonesia (You Can Call This A Review)

Apa-apaan ini baru mau ngepost lagi di akhir tahun ini, posting terakhir tahun ini di Februari tentang gimana jadi anak FKG. Dan sekarang alhamdulillah udah skripsian plus udah sidaaaang! (alhamdulillah)

Tapi kali ini bukan mau ngebahas tentang FKG maupun sidang menyidang. Mungkin itu next time di posting lain. Post yang sekarang sengaja aku mau ceritain tentang waktu aku main-main ke Galeri Nasional Indonesia!

Jadi Galeri Nasional Indonesia itu udah pernah sempet hits waktu kemaren-kemaren, kayanya sih tahun ini juga, aku lupa. Tiba-tiba banyak di instagram yang ngepost dengan latar belakang mural lucu. Adikku juga sempet kesana sama temen-temennya tapi sayangnya waktu itu katanya dalamnya lagi di renovasi dan cuma bisa di luar aja. Kebetulan muralnya itu emang adanya di dinding luar.

Aku sendiri udah lama sih mau kesana, cuma datang kesempatan baru-baru ini. Diriku pergi kesana bersama seorang teman pria yang lebih spesial dari yang lainnya *emot kiss*. Emang kita kalo naracap senangnya ke museum atau sejenisnya gitu. Terus foto-foto deh (kebanyakan dia yang fotoin aku tapi kayanya). Kebetulan lagi, aku baru beli kamera baru saat itu (yey senang!) yaitu mirrorless Fujifilm XA-2, mungkin someday aku tulis juga tentang si kamera itu. Huft begitu banyak hal yang mau ditulis..

Anyway, langsung ke inti tentang Galeri Nasional Indonesia. Galeri ini suka disingkat Galnas, ya Galeri Nasional. Letaknya di Jalan Medan Merdeka depannya Stasiun Gambir. Depannya banget inimah pas. Kalo nanya naik kendaraan umum gimana, aku kurang tau kalo kendaraan umum yang berjurusan-jurusan gitu kayak angkot atau busway gitu ku tak tahu. Tapi kami datang dari Depok jadi naik kereta, saat hari itu sebelum berangkat aku ada perlu dulu ke kampus di UI Salemba jadi turunnya di st. Cikini. Setelah selesai urusan kampus baru kami berangkat kesana naik uber mobil deh hahaha. Kalau gak salah total tarifnya sekitar 15.000an dianterin sampe lobby. Waktu kutanya adikku, katanya kesana dia naik kereta juga, cuma turun di st. Juanda dan naik bajaj, harga bajajnya aku lupa berapa cuma karena banyakan jadi bisa patungan.

Pas turun di lobby, mulailah kita berdua katro karena gatau kemana LOL. Akhirnya kita masuk aja ke gedung yang ada di depan mata, paling gede dan tempat barusan kita dianterin sama bang Driver Uber. Rupanya itu adalah Gedung A. Dan hari itu sedang ada pameran temporer judulnya "Abad Fotografi". Sesuai namanya, disana isinya foto, banyakan yang dua dimensi gitu meski ada sejenis mesin visual juga tiga dimensi cuma aku tidak mencoba.

Oh ya, sebelumnya, jadi pameran yang ada di Galnas itu ada dua macam. Yang temporer (ganti ganti sesuai event nya) dan pameran tetap yang selalu ada.

Kami mengisi regis dulu, terus di regisnya itu suruh titip tas, jaket kalo ada dipake aja gapapa atau mau dititip juga boleh, dan ada gambar larangan bawa kamera! Wowowow aku sad bangett, masa sih ga foto-foto, Huu kamera barukuuu :( Terus mbaknya jelasin lagi, rupanya boleh boleh aja, asal nggak pake flash. Alhamdulillah jadi kami bisa foto-foto deh~

Aku penyuka fotografi jadi aku menikmati dan mengagumi hasil karya yang dipamerakan di pameran itu, Beberapa terlalu bagus sampai aku kira itu adalah lukisan, bukan jepretan. Penyajiannya juga nggak selalu pakai bingkai kayak foto-foto biasa. Ada media-media lain yang digunakan seperti kanvas dan kain.
Ruang ini kayanya temanya sekolahan.
Ada foto anak berseragam, sepasang bangku dan meja sekolah,
buku pelajaran berisi testimoni mengenai pendidikan, dan dua dinding kanan-kiri
dengan coretan puisi mengenai belajar

Salah satu foto favorit! Justru foto koleksinya itu yang bikin foto ini terlihat bagus

Foto tangan-tangan pose berdoa (atau memohon) di media kain-kain nerawang

Fotografi dibagi-bagi kayak loker, tapi menarik

Setelah selesai menjelajahi ruang pameran Abad Fotografi dan mendapatkan beberapa foto, kami keluar dari gedung itu dan mencari tempat lain. Kami menuju ke belakang. Kami bertemu dengan mural di dinding belakang. Tapi muralnya beda sama yang adikku pernah foto, mungkin diubah untuk refreshment? Atau mural hits adanya di sisi tembok lain? Ku tak tahu karena di luar tengah hari saat itu Jakarta panas banget, aku nggak minat untuk cari sisi dinding lainnya.

Kami pun masuk lagi ke gedung yang ada di samping, ada tulisannya yang menunjukkan disana adalah tempat pameran tetap. Disana kami menitipkan barang lagi, sama seperti di gedung A. Kemudian masnya bilang, boleh foto-foto tapi gaboleh pake flash, gak boleh bawa monopod (tongsis) ataupun tripod. Sad part 2, yaaah gak bisa dapat foto berdua dong kalau ngga ada tripod :(
akhirnya sampai akhir pun kami ga punya foto berdua.

Lokasi pamerannya itu harus naik tangga. Di atas ruangannya bercabang dua ke kiri dan kanan. Kami masuk ke kiri dulu. Rupanya disana tempatnya karya seni yang lebih tua-tua seperti zaman penjajahan dan tradisional. Ada juga yang dari mancanegara. Aku sangat suka warna dindingnya yang beda-beda tergantung kategori seninya. Favoritku warna merah dan biru dalam satu ruangan, aku banyak minta difotoin disana. Setelah sampai ujung, kami harus balik lagi untuk sekarang belok ke ruangan yang kanan. Di ruangan kanan itu menyajikan karya seni yang lebih modern dan seni kontemporer. Yang ini terlihat lebih menarik menurutku, karena banyak karya seni yang "bisa aja" sampe nggak kepikiran buat bikin yang gituan hahaha.

Saat aku kesana memang hari kerja dan sekolah, jadi Galnas sepi banget. Tapi kami ketemu sama anak-anak sekolah kayaknya umur SMP, cowok semua, pake baju pramuka, dan foto-foto patung dari bawah antara kakinya .__. iseng abis.... mau liat apa anjir di patung. Sebenernya hal ini hal yang bagus sih, Galnas itu masuknya gratis jadi setiap orang bisa masuk termasuk anak sekolah. Itu bagus untuk anak-anak jadi ada fasilitas untuk menyalurkan hobi nya dan belajar bagi yang suka seni. Cuma masalahnya kayaknya waktu itu jam sekolah deh, jam 11-12an gitu.. Kok mereka gak sekolah ya..? Mungkin mendadak gak ada guru, atau sekolahnya dekat dan lagi istirahat, aku mah da positif tingking aja

Si ruang berdinding biru-merah <3

Seni mancanegara yang bikin awkward

Maafin gayanya jiji :( da udah terlanjur. Tapi suka aliran karya begitu

Agak gak paham sama yang ini. Sejenis singa nonton TV berbaris, suka
tiba-tiba bunyi. Tapi bikin inget human centipede.
Judulnya "Ada Gula Ada Semut" didaerah seni kontemporer
lucu karena semutnya gendut

Celana gede bet ini dibuat dari bungkus-bungkus obat kuat.....
entah beneran apa bikinan sih

Okay, jadi ruangan kanan pun ludes kami kelilingi dengan cepatnya. Selain karena memang cukup pendek, aku juga merasa gak nyaman sih karena sepinya jadi cuma ada aku, dia (terdengar geuleuh) dan satpamnya yang ngikutin mulu! Terus walkie-talkie an kayak sedang spy-in kami dan siap ngedamprat kami kalo kami menyentuh koleksi. Aku mah gak nyalahin satpamnya, emang tugas mereka menjaga keamanan dari pengunjung-yang-bisa-jadi-siapa-saja seperti kami ini dan untuk itulah mereka digaji. Cuma tetap aja, galeri yang terlalu sepi membuatku merasa diawasi dan tertekan.

Setelah kami selesai mengelilingi semuanya, kami kembali lagi ke bawah untuk ambil tas kami. Aku belum bosan sama sekali dan masih excited untuk cari tahu ruang koleksi lainnya. Akupun nanya ke si mas penitipan barang dimana lagi ruang koleksinya. Eh, si masnya jawab "abis".

Ha.......

Jadi guys, udah itu semua doang isi Galnas tuh...

Itu cukup kecil kurasa untuk orang-orang awam yang nggak memandangi karya seni berjam-jam dalam galeri. Bahkan ruang pameran tetapnya bukan ada di gedung yang terlihat seperti gedung utama. Padahal orang baru kalau kesana pasti kan carinya gedung yang paling besar, logikanya disana itu inti dari Galnasnya. Terus kalau kalian mau ke Galnas, mungkin gak perlu siapkan waktu dari pagi sampe sore, karena rupanya jam 10-12 pun cukup. Kemarin kami menyiapkan waktu seharian buat di Galnas doang. Eh rupanya baru jam 12 udah abis, kami jadi bingung selanjutnya mau kemana. Masa mall, gak seru ah. Cari tempat makan pun disana gak deket kemana-mana, ada sih kayak cafe kecil gitu dalem lingkungan Galnasnya. Cuma no AC jadi kami memutuskan untuk ke stasiun Jakarta Kota, makan di sebuah resto fast food dan ke Kota Tua aja untuk yang ke sekian kalinya.

Menurutku Galnas gak jelek sama sekali. Justru karena bagusnya, segitu tuh kurang. Aku sih berharap bisa gedein lagi dong terus tambahin koleksinya terutama yang kontemporer. Aku mau kok nyumbang koleksi lukisan gitu buat ditaro di Galnas *LOL*. Minimal yang pas itu besarnya seperti Museum Seni Rupa dan Keramik yang ada di Kota Tua, jalannya gak capek tapi tak kecepetan.

Kunjungi Galnas lagi? Yes dong kalo ada pameran temporer lain
Tapi untuk sekarang masih ada list lain nih buat didatengin. Next: (maunya) Museum Nasional Indonesia

salam, 
kirana

Comments

Popular posts from this blog

Kangen Yogyakarta

Rumah Kita (lagi)

Kompas Raja