Padang Trip - Part 1

Halo! Ini akan jadi postingan pertama aku di tahun 2022 tahun baru ini! Tapi ini adalah tentang Oktober lalu, tahun 2021, 

I know ini udah kayak, kelamaan tapi  aku baru dapat lagi mood nulis sekarang.

Aku dan teman-teman aku berkesempatan lagi mengunjungi sisi lain di Sumatera. Kali ini Sumatera Barat!

Geng yang sama ketika ke Aceh, minus Ajib, dan ditambah dua orang lagi yaitu Nina dan Dewe. Kali ini kami kesana karena menghadiri pernikahan Della. Yuhuu, senang sekali ya kalau punya banyak teman yang berbeda-beda tempat asal. Sekalian keliling Indonesia!

Nah, waktu ke padang ini aku bawa kamera analog dan instax, jadi ada beberapa foto yang diambil menggunakan kamera analog. 

Aku akan menceritakan tidak berdasarkan timeline, karena ingatanku agak lupa dengan urutan kejadiannya. Cerita ini akan lebih ke berdasarkan tempatnya. Enjoy!

Pernikahan Minang

Okay singkat cerita, acara inti yaitu pernikahan Della diselenggarakan di Padang Panjang. Penginapan kami langsung di depan Aula pernikahan Della. Enak banget tinggal ngesot kalau mau istirahat. Dari hari pertama sampai akhir kami tidak ada pindah penginapan. 

Della dan Kalvin diambil dengan kamera analog
kata Della, muka Kalvin gak kontrol, padahal menurutku oke aja

Dibuatin henna lagi sama abang-abang


Kami dengan kamera analog

Oh ya, sebelum membahas kotanya, aku mau lebih dulu bahas acara pernikahan Della. Aku udah beberapa kali ke pernikahan dengan adat Padang yang ada di Jabodetabek, tapi baru pertama kali ini ke pernikahan Padang yang beneran di tanah Minang. Acara diselenggarakan seharian, Della dan Kalvin ganti baju sampai 3 kali. Nah, yang kami semua tunggu-tunggu dari pernikahan Padang asli ini adalah: Tari Piring! 

Konon katanya, di tanah Minang, tari piring diakhiri dengan menginjak pecahan piring. Penasaran dong kami, ini nari sekalian debus kayaknya. Jadi kami sangat antusias menunggunya.

Piringnya beneran diinjek di akhir sampe berkeping-keping! horor!

Selain itu, kami (aku) yang cukup rakus dan penasaran ini tentu saja ingin mecoba makanan yang disajikan di pernikahan Minang. Terutama sate padang. Fyi aku ni bukan penggemar sate padang di Jabodetabek, kasusnya sama kayak ke mie Aceh, cuma aku masih lebih suka sate padang. Dan ternyata emang beda guys rasanya, lebih seger aja dan dagingnya nggak ada yang alot fail gitu.

Sate padang di acara nikahan Della


Kedatangan dan Perjalanan ke Padang Panjang

Seperti biasa rombongan kami cukup norak berada di kota yang belum pernah kami kunjungi. Apa-apa kami labeli "Padang" seperti waktu di Aceh. Tapi satu yang bikin aku terkesima adalah, disini bener-bener nggak ada Ind*maret dan Alf*mart! Tapi tenang, banyak mart atau toko lain yang lebih lokal disini. Ternyata benar yang kudengar di kisah-kisah bahwa orang Minang adalah pedagang. Tentu saja kalau ada monopoli minimarket kayak di Jawa, ya mereka terusik.

Minangmart, salah satu minimarket lokal yang cukup banyak disini

Okay, lanjut, kami dijemput sama keluarga Della dari bandara. Ada Kak Ni, Bang Jimi (yang sampai akhir kami panggil Bang Jimin, tapi dia ga protes) dan Firman (gak pake bang soalnya seumuran)

Selagi masih di kota Padang, kami diajak makan siang dulu ke resto padang terkenal yaitu Lamun Ombak. Kami excited banget soalnya ini pertama kali kami makan nasi padang beneran di Padang.

Lamun Ombak

Perjalanan dari bandara ke Padang Panjang kira-kira dua jam. Kami melewati beberapa kota dan sempat mampir di air terjun Lembah Anai. Katakanlah aku norak, tapi aku gak nyangka kalau ada tempat beneran yang namanya Lembah Anai. Aku taunya kalau disini, Lembah Anai itu nama rumah makan padang huhuhu. Anyway, ini dia air terjun Lembah Anai!

Depan air terjun rasanya dingin kecipratan

Titik air dari air terjun dan semburat sinar matahari
menciptakan pelangi di atas permukaan air

Padang Panjang




Kesan pertama aku pas sampai Padang Panjang adalah.. wow dingin ya. Maksudnya, Della emang udah pernah bilang kalau di Padang Panjang itu dingin, nggak perlu AC, dan daerah pegunungan. Eh ternyata serius dong, kamar kami beneran nggak ada AC nya udah dingin. Susu juga ditaro di suhu ruang jadi adem. 

Selamat datang! Lihat gunung tinggi di belakangnya


Lalu yang iconic dari Padang Panjang menurutku adalah jalan yang beneran lurus dan panjang. Tidak terlalu banyak persimpangan. Lokasinya di pegunungan, bener-bener sedekat itu. Beda dengan Bogor yang gunungnya terlihat jauh. Tapi nggak terpencil gunung buat bertapa banget gitu kok, disana tetep ada cafe gaul tempat nongkrong.

Seperti yang sudah aku ceritakan, penginapan kami juga berada di kota Padang Panjang. Tidak jauh darisana, ada rumah gadang yang bisa kami datangi hanya dengan jalan kaki. Tapi sayangnya waktu aku dan Nadhira kesana, tempatnya belum buka.

Rumah Gadang Padang Panjang

Karena Padang Panjang adalah kota inti dari perjalanan kami, dimana Della tinggal, tentu saja kami harus sempet mampir ke rumah Della dong. Kami makan masakan khas rumah orang padang, dan juga ke pasar Padang Panjang untuk beli bumbu masak Padang yang akan kami bawa untuk oleh-oleh nantinya.

Makanan yang sangat berbumbu khas Sumatera di rumah Della


Toko bumbu di pasar Padang Panjang

Ngomong-ngomong makanan, kami punya tempat favorit untuk cari makan di Padang Panjang yaitu Pasar Kuliner. Seperti namanya memang disana berjejer tenda jualan kuliner. Kata teman-temanku, disana ada yang namanya Roti Tenonk yang viral di TikTok. Jujur aku nggak tau, tapi kami akhirnya coba beli juga. Rupanya dia viral karena topping keju dan coklatnya yang tebal sekali. Rasanya oke lah lumayan tapi agak terlalu manis kalau buat seleraku.

Gerobak Roti Tenonk

Tapi yang bisa aku nobatkan jadi favorit kami adalah rumah makan Ampera Tanpa Nama. Namanya bener-bener Tanpa Nama. Agak aneh tapi aku gak nanya lebih lanjut sih asal-usulnya.

Tanpa Nama

Makanan di Tanpa Nama

Jualannya adalah ya masakan padang gitu, ada rendang, dendeng, tambunsu dll dll. Tapi ini bener jadi favorit kami sampai kami balik lagi kesana. Pada dasarnya masakan Sumatera bumbunya cocok sama kami, kecuali Dewe yang jawa banget. Kayaknya dia agak lelah lidahnya makan yang kenceng bumbunya terus selama di Padang.

Tanpa Nama dalam piring, aku tuh anaknya rendang banget

Lalu, namanya juga Sumatera, pasti ada jualan duren. Aku yang seperti biasa nggak makan duren ini cuma menyaksikan mereka makan. Di pasar kuliner ada tempat makan duren juga, tapi kali ini ada temenku yang aneh, si Dewe, yang makan Duren pake sendok garpu. Aku yang gak pernah makan duren aja aneh liat dia gitu. 

Kalian pasti tau yang mana yang namanya Dewe

Sebenarnya ada satu lagi makanan yang jadi favorit kami terutama Nadhira yaitu Singkong Mleduk. Bentuknya adalah singkong digoreng renyah sampe rada-rada terburai gitu, terus dikasih bumbu mecin bubuk. Sayangnya terakhir kali mau beli, dia udah habis stok.

-

Selama di Sumatera Barat, setelah acara pernikahan Della, kami jalan-jalan antar kota bersama pengantin baru, Yogie (adik Della), Felix (adik Kalvin) dan Kak Ni (sepupu della). Cerita perjalanan antar kota kami akan aku tulis di postingan berikutnya!

Ciao!

kirana

Comments

Popular posts from this blog

Kangen Yogyakarta

Kompas Raja

Galeri Nasional Indonesia (You Can Call This A Review)