Roda Kehidupan

Selamat malam! Gimana kabarnya semua? Sehat-sehat aja kan? Jangan lupa mensyukuri nikmat sehat itu yang sudah diberikan oleh-Nya :)

Well, gue ini orang yang gak pinter berkata-kata. Makanya itu kalau ngepost di blog ini pasti kebanyakan gambar. Tapi kali ini, gue pengen berbagi suatu pengalaman. Terkadang, dunia ini memberi pengalaman yang agak aneh. Sampai-sampai kadang gue berpikir "Tuhan, kenapa bisa-bisanya takdirku bersinggungan dengan ini?". Mahasiswi UI yang rumahnya di Bogor kayak gue, pasti setidaknya ada waktu-waktu dia bolak balik naik kereta atau sekarang ngetrendnya commuterline. Ditambah lagi gue setiap Sabtu ke Balai Mahasiswa Salemba buat latihan orkes, dan biasanya itu berangkat dari Bogor. Makin seringlah gue naik kendaraan umum itu.

Suatu hari lupa hari apa dan tanggal berapa, ketika perkuliahan masih berjalan, gue mau ke kosan di Pocin. Berangkat dari stasiun Bogor, gue naik kereta yang waktu itu ada dan duduklah gue di gerbong paling depan. Karena sendirian dan gak ada kerjaan, yaudahlah tuh ya seeet mulai mainan hp sambil makan permen karet. Gak lama kemudian, gue merasa ada yang liatin... terus, menengoklah gue ke kiri. Ternyata disana ada anak perempuan kecil yang ngelatin! Karena emang pada dasarnya aku teh suka anak kecil, jadi aku sapa. "Hai dede, kenapa?" setelah itu dia kayak malu-malu tapi tetep ngeliatin gitu. Anak perempuan kecil itu lucu, kulitnya putih, rambutnya hitam dan halus. Matanya juga jernih khas anak kecil gitu. Ternyata, dia bareng sama neneknya. Neneknya duduk di kursi sebrangan sama gue. Dia nyuruh si anak itu balik ke dia, tapi kayaknya anak itu tetep terpana dengan entah apaa yang ada di gue. Yaudahlah ya gue terus-terusan ngengodain si anak itu tadi, trus tiba-tiba, ada pengumuman kalau kereta yang lebih duluan berangkat ada di jalur sebelahnya. Widiih, paniklah orang-orang pada langsung pindah kesana. Gue karena tadi lagi konsen sama si ade, jadi aja gak konek dan planga plongo tapi ikutan pindah ke kereta jalur sebelah. Karena gue masuknya rada belakangan, kursi yang ada hampir penuh, terus pas gue nengok ke tempat nenek dan ade tadi, sang nenek nawarin duduk di sebelah dia yang kebetulan emang kosong. Duduklah gue disana.

Commuter pun mulai berjalan. Kami banyak ngobrol disana. Ternyata hal yang menarik si adik daritadi itu adalah permen karet yang aku makan! Hahahah dia bolak balik nyuruh aku bikin balon "tiup lagi coba!" katanya. Lucu banget liat muka pelongonya. Gue pun kenalan sama anak itu, namanya Yeni umur 2 tahun. Tapi sayangnya neneknya gue gak sempet tau namanya. Dari situ gue banyak tau tentang mereka. Yeni itu sukaaaa banget sama kucing, kalau ada di rumah katanya dia pasti mainin kucing itu. Woh, same as me dong! Jadinya gue kasih liatlah foto foto kucing yang ada di galeri hp gue, berhubung sangat banyak. Yeni langsung ngeliatin kayak gemeeesss banget gitu. Sampai dia mau rebut hp gue dan menekan-nekan layarnya. Gue sih gak keberatan, tapi sama neneknya dilarang, yasudahlah hehe.

Gak lama, kalo gasalah masih di stasiun Cilebut (stasiun setelah Bogor) Yeni udah terlelap tidur, mungkin dia kecapekan. Ngobrolah gue dengan neneknya. Hmm tepatnya nenek itu yang cerita macem-macem tentang mereka ke gue, dan ceritanya itu cukup bikin gue.... kaget.... Diawali dengan, dia cerita kalau Yeni itu adalah seorang anak yatim piatu. Mamahnya udah meninggal lama, dan papahnya baru beberapa hari yang lalu meninggal karena tumor atau kanker otak gitu, gue lupa. Tapi nenek belum kasih tau Yeni karena menurutnya Yeni belum siap. Kalau Yeni nanya "papah kemana?", selalu dijawab "lagi pergi, nanti balik".

Sekarang, mereka naik kereta mau ke Tebet tanpa maksud apa-apa selain karena Yeni suka. Nanti sampai Tebet, mereka turun, terus balik lagi ke Bojong. Mereka rumahnya di Bojong, Tapi kalau mau berangkat, mereka ke Bogor dulu biar dapet duduk. Bahkan petugas loket udah kenal sama mereka dan ngasih tarif gratis buat perjalanan mereka. Sekarang mereka tinggal numpang sama temen nenek itu. Nenek itu kerja sebagai pembantu yang pulang pergi di rumah seorang majikan yang tegaan. Meski begitu ia gak keberatan asal Yeni bisa makan. Mereka nggak mikirin baju, baju yang sekarang dipake Yeni itu adalah satu-satunya dan itu baju pemberian. Bahkan Yeni sekarang belum keramas, katanya nggak sanggup beli shampo dan nggak mau minta ke pemilik rumah tumpangannya. My gosh, bahkan gue mungkin pake shampo boros-boros! Terharu dengernya gimana nenek itu rela tidur gak pake alas pas atap rumah tumpangannya itu bocor, asal Yeni nggak kedinginan. Kasih sayang nenek itu buat cucunya terlalu transparan bagi gue sampai-sampai hampir kasat mata. Ia bilang ada orang yang mau "membeli" Yeni, tapi dia gak percaya orang lain bisa memberi kasih sayang sebesar yang dia kasih. Menurutnya dia lah yang paling menyayangi Yeni. Di sisi ini, gue super bingung, mendengarkan kisah pahit bertubi-tubi dari seorang nenek dan cucunya, namun gue juga gak bisa melakukan apa-apa, bahkan meresponnya. Yang bisa gue lakukan hanyalah sebatas menghibur nenek mengenai kepergian anaknya (papah Yeni) bahwa beliau pasti udah bahagia ketemu mamahnya Yeni, dan mau liat Yeni tumbuh besar dengan baik. Cuma bilang "nenek jangan sedih" udah.

Tapi di sisi lain, muncul kekaguman gue. Nenek bilang, meskipun mereka orang "nggak punya", tapi nenek selalu mengajaran Yeni untuk tidak menjadi pengemis. Yeni selalu dilarang buat minta-minta ke orang dan tidak iri atas apa yang orang lain punya. Makanya tadi dia ngelarang Yeni minta permen karet dan mainin hp gue. Yeni juga diajarkannya baca tulis Al-Quran. Menurut beliau, Yeni itu rajin ikut sholat, kalau orang-orang ada pengajian juga dia suka ikutan. Nggak lupa juga buat mendoakan orangtua. Subhanallah, gue harap anak sholeh seperti ini bisa jadi bekal buat kedua orangtuanya disana :')

Yeni bahkan belum bangun juga sampai gue udah sampai di Pocin. Mungkin dia begitu capek.So then, gue pamitan sama si nenek itu, dan berharap semoga kehidupan membaik untuk mereka. Betapa banyaknya pelajaran bersyukur yang bisa gue dapet di perjalanan sejauh tujuh stasiun. Gue harus berterimakasih kepada-Nya yang mempertemukan sama mereka untuk mengajarkan gue bahwa di sudut dunia masih banyak orang-orang yang nggak seberuntung gue :')

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari ini, Sabtu, 12 Juli 2014 menjelang magrib, gue masih di atas commuter pulang dari Salemba mau ke Bogor. Di stasiun Depok Baru, naik seorang nenek-nenek yang tampak familiar. Beberapa detik kemudian, gue inget itu adalah neneknya Yeni! Kali ini dia sendirian. Tapi gue ragu sih, apa emang bener itu neneknya Yeni apa cuma mirip aja. Karena penasaran, gue ngeliatin terang-terangan. Ketika pandangan kita beradu, nenek itu tersenyum. "eh, si eneng?" syukurlah gue gak salah orang. Gue pun pindah ke sebelahnya dan mengobrol seperti selayaknya kenalan yang baru ketemu lagi. Nenek abis dapet penggorengan bekas katanya. Meskipun jelek, tapi alhamdulillah. Sampai sekarang nenek belum pindah kerja katanya, masih sama majikan tega itu. Juga saling menanyakan kabar masing-masing. Sampailah gue pada pertanyaan "si Adek gimana kabarnya?". Nenek itu pun terdiam dan menjawab "nenek ditinggal lagi neng.."

..............................

Yeni udah meninggal....

Baru tiga hari yang lalu,
Karena demam berdarah, ujar beliau. Ketika itu mereka kehujanan, Yeni demam dan muntah-muntah. Gak berapa lama kemudian muncul bintik-bintik merah. Nenek udah bawa Yeni ke rumah sakit. Tapi rumah sakit nggak mau menangani karena bayarannya kurang Rp200.000,- sampai akhirnya semua terlambat. OMG YA ALLAH HELLOOOWW?! Apakah emang segitu nggak berperasaannya sistem kesehatan kita? Sebuah nyawa dikorbankan untuk uang sejumlah 200.000? Well, gue yang berkuliah di bidang kesehatan kini jadi merasa malu. Siapapun, kalau emang kejadian ini rasional, tolong berikan gue alasannya. I'm so open to hear that :)

Betapa sayangnya gue mendengar anak secantik, selucu, sepintar dan sebaik Yeni harus tidak sempat menyicipi masa dewasa. Namun mungkin itu yang terbaik buat dia, pasti dia udah seneng sekarang ketemu sama mamah papahnya disana :)

Nenek pun kembali menangis, sampai gue harus menggenggam tangannya dan merangkul bahunya sambil membisikkan kata yang mungkin menghibur. Gue gak tau apa itu bisa benar-benar menghibur. Masih tetap begitu sampai kereta sudah di Bojong dan nenek harus turun. Sebelum turun, nenek itu berterimakasih dan titip salam buat mamah dan papah.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ah.. Betapa, roda kehidupan itu lucu. Kali pertama gue dipertemukan sama nenek untuk menghibur beliau mengenai kematian anaknya. Kali kedua gue dipertemukan, gue harus menghibur beliau mengenai kematian cucunya. Hanya dalam situasi ini gue gak keberatan disebut sebagai wanita penghibur, mungkin.
Yang jelas gue yakin, pasti Ia nggak mempertemukan orang-orang itu dengan gue tanpa alasan. Pasti ada jawaban untuk setiap pertanyaan "Mengapa?"

Semua hal random yang gue kira cuma ada di film-film dan cerita fiksi ini, menyentil gue bener-bener untuk menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan gak mengeluh. Nurut sama orangtua dan bahagiakan mereka selagi ada. Buat kenangan indah sebanyak-banyaknya bersama keluarga. Kejadian ini adalah cara-Nya untuk mengatakan

"You have a perfect life, Kirana"

sincerely,
kirana

Comments

Popular posts from this blog

Kangen Yogyakarta

Rumah Kita (lagi)

Kompas Raja