Bye, Piercings!

 

Dua upper lobes kanan kiri dan satu helix (silakan search untuk nama-nama posisi ear piercings)

Pernah ada masanya aku sangat menggilai tindik telinga. Aku dulu sering melihat tentang tidik telinga di Pinterest. Modelnya lucu-lucu, kreatif, bentuk anting yang dipakai juga gemes. Kira-kira semester ke-3 kuliah, aku memutuskan untuk pertama kalinya menambah tindikan di telingaku. Waktu itu aku berangkat sendiri ke D'Paris DMall Depok dan menambah 4 tindikan yaitu 2 upper lobe di masing-masing kuping. Jadi tindikan aku ada enam. Kemudian upper lobe yang paling tinggi gagal healing sampai menutup, jadi aku tindik lagi di Davina Silver Botani Square. Itulah yang bertahan sampai sekarang.

Kemudian waktu sudah koas, aku ngidam ingin tindik tragus. Karena waktu itu udah di Salemba kosnya, aku pergi ke Atrium Senen dan tindik di D'Paris. Tindik tragus adalah tindikan favoritku sejauh ini, karena dia healingnya cepat dan pada hari tindik dia tidak terasa sakit. Bahkan, pas setelah tindik aku pergi nonton bioskop dan aku lupa habis tindik.

Terakhir, ketika tengah periode koas, aku dibujuk temanku yang namanya Beyya untuk tambah tindik helix. Aku sendiri memang udah tergoda untuk tambah tindik helix, tapi ya masih nunda aja terus, belum seniat itu. Tapi karena dibujuk dengan kenceng oleh Beyya, aku jadi jalan juga. Aku bareng Beyya tindik satu helix di D'Paris Atrium Senen. Oh ya, kalau tindik di D'Paris selain standar lobe harus pakai jarum IV (jarum infus) dan bawa anting sendiri untuk dipasang, atau anting beli lagi terpisah. Nah, tindikan helix itu memang terkenal paling susah healing. Itulah yang terjadi pada tindik helix aku, timbul bump, berdarah terus, terkadang bernanah dan sakit terus. Contohnya kalau mau ganti tindikan suka berdarah. Akhirnya aku menyerah, aku lepas aja sampai nutup lagi.

Tapi emang dasar gak kapok, aku dapet info di instagram tentang tindik kuping yang fenomenal waktu itu, dipromote sama banyak selebgram. Yang paling aku inget tindik disana adalah @puchh. Nama tempat tindiknya adalah dr evoo.  Kepoin aja deh instagramnya, antingnya lucu-lucu dan banyak jenisnya. Aku tindik double helix di dr evoo. Posisinya sama dengan kuping yang sebelumnya tempat tindikan helix ku yang gagal.

Sudah hampir 2 tahun berlalu, tapi salah satu dari tindikan helix aku belum juga healing dengan sempurna. Kalau ditanya kenapa, aku memang bisa menjabarkan beberapa faktor kemungkinannya, tapi nggak ada dari semua itu yang bisa disebut penyebab pastinya. Makanya hari ini, aku lepas tindikan helix yang itu, karena dia masih juga sakit, dan mengganggu jika tidur miring ke sisi kiri. Sekarang, tindikan helix aku tinggal satu.

Oke cukup throwbacknya, masuk ke intinya, jadi alasan utama kenapa aku mretelin mayoritas dari semua tindikanku adalah, secara umum karena aku lelah mengurusnya. Waktuku semakin berkurang untuk mengurus hal kecil, dan ini tidak masuk di prioritas aku. Anting itu kan juga perlu dibersihkan secara berkala, ya bayangkan bersihkan 9 buah, berapa lama waktu yang dibutuhkan. Kalau nggak dibersihkan, terkadang suka timbul bau kurang sedap. Kemudian karena suka mengganggu saat tidur atau pakai helm. Apalagi pas masih belom healing, atau si helix aku yang nggak kunjung healing juga. Sakit aja. Terus lagi, aku sudah cukup merasakan punya banyak tindikan. Seperti, rasa penasarannya sudah hilang. Sudah cukup merasakan. Lalu, ada beberapa momen juga dimana banyaknya anting ini merepotkan, terutama pas aku harus difoto ronsen panoramik. Aku pernah udah dipanggil berkali-kali tapi nggak datang ke tempat foto karena masih sibuk ngurus ngebukain anting. Terakhir, dan ini sebenernya alasan yang nggak terlalu kuat sih, tapi masuk juga ke alasan. Yaitu karena aku tidak bisa pamer juga meski tindikannya banyak. Soalnya kan aku pakai kerudung hahaha.

Untuk sekarang, tindikanku tersisa hanya empat. Dua standar lobe (tindikan dari bayi), satu helix di kuping kiri dan satu tragus di kuping kanan.

Yak, jadi itulah update kehidupanku

kirana

Comments

Popular posts from this blog

Kangen Yogyakarta

Rumah Kita (lagi)

Kompas Raja