Pelajaran dalam Sebuah Hubungan (Poin dari Cerita #1)

Ini adalah poin pelajaran yang aku ambil dari pengalamanku di postingan kemarin yang mengubah pandangan hidup aku.

1. Jangan pernah takut tidak akan menemukan pasangan yang baik. 

Banyak orang yang terjebak tidak berujung di hubungan yang menyiksa karena mindset ini. Padahal, jebakan betmen ini udah keliatan sama pihak luar, alias temen-temen kamu. Mulai ubah mindset, pasti banyak pasangan yang lebih baik di luar sana. Cukup jadi orang yang baik, maka pasangan akan mengikuti. 

"Lah tapi kan itu nggak pasti, malah hubungan aku sama dia sekarang yang udah pasti?"

Ini sama banget kayak kalimat yang ditulis dia di chat kemarin buat aku.
Denger nih ya, JUSTRU mendingan kamu seumur hidup happy dengan diri kamu sendiri daripada kamu seumur hidup UDAH PASTI tersiksa capek batin bareng sama dia. Gila beneran lama-lama.

2. Pertahankan pendapat kamu kalau kamu merasa benar.

Memiliki pasangan (terutama buat cewek) bukan artinya menghamba dimana kamu harus nurut terus sama dia. Bukan juga dia menjadi Tuhan yang semua pendapatnya benar. Orang dia sama-sama manusia. Kamu dan dia sederajat. Pendapat manusia sama sama validnya dan harus diputuskan dengan jalan tengah yang melegakan di kedua belah pihak. Kalau kamu masih merasa ada yang ganjel di hati, berarti belum fair. 

Orang yang sayang pada kamu, akan memikirkan perasaan kamu sebagaimana kamu memikirkan perasaan dia. Orang yang sayang pada kamu akan menghargai pemikiran kamu seperti kamu menghargai pemikiran dia. Hubungan itu harus seimbang. Kalau cuma kamu yang mikirin perasaan dia tapi dianya nggak, itu sih red flag banget. Artinya dia nggak sayang, jangan tertipu meskipun dia manis-manis bilang kalau dia sayang. Sama juga kalau kamu gak mikirin perasaan dia ya mungkin kamu yang gak sayang.

3. Jangan pernah mengorbankan diri terlalu banyak untuk orang lain

Ini kebodohan klise manusia. Coba jadi lebih egois buat diri sendiri gak apa-apa kok. Diri kamu butuh kamu sendiri. Menjadi manusia yang rela berkorban memang perbuatan terpuji. Tapi hal yang berlebihan nggak baik juga.

Pengorbanan untuk Tuhan tidak terbatas, pengorbanan untuk manusia ada batasnya.

Mending kalau kamu sekali niat berkorban menolong orang yang nggak kamu kenal, terus dia terlihat nggak menghargai. Bisa cukup tau aja gitu, toh kita nggak akan ketemu lagi. Tapi untuk pasangan, no banget. Kamu nggak akan bisa sanggup hidup sama orang yang nggak notice pengorbanan kamu selamanya. 

4. Selalu pasang logika, jangan terbutakan oleh perasaan

Lagi-lagi hal yang sering terjadi bahkan waktu itu kepada diri aku sendiri. Seringnya kita tuh udah tau kalau ini hubungan nggak beres. Tapi perasaan yang tolol itu bikin toleransi kita jadi melar. Coba bikin notes, blog, atau bahkan bercerita sama temen. Sama-sama uraikan tanpa membawa perasaan, bagaimana kalau kamu di posisi orang lain, melihat orang yang punya hubungan seperti kamu? Kalau sudah pasti kamu berpikir "toxic" maka sudah saatnya mengabaikan perasaan kamu dan nurut sama logika.

"Duh gue juga tau tapi gak bisa, gue selalu kangen, kembali lagi ke dia"

Iya memang susah, aku sendiri butuh sekitar 2 tahun kali buat lepas dari hal toxic yang dari awal udah jelas gak bener secara logika. Tapi semakin cepat semakin baik. Semakin kamu terjerumus, akan semakin sulit. Untuk part ini, nggak ada lagi yang bisa bantu kamu selain diri kamu sendiri. Teman dan pihak luar hanya bisa jadi support, kunci utama keputusannya ada di diri kamu sendiri. Jadi, semangat berusaha! Selama kamu udah sadar secara logika kalau itu menyakitimu dan kamu tidak denial, itu sudah bagus. Lama-lama pasti bisa, selama kamu nggak cari pembenaran aja sama sikap dia. Kalau masih cari pembenaran juga, wah sadar dulu deh yang penting.

5. Berpikir dan berekspektasi ideal boleh, tapi menjadi realistis lebih penting lagi

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia hidup pasti ada ekspektasi. Tapi pelajaran yang aku ambil sejauh aku semakin dewasa adalah, jangan terlalu berpegang pada ekspektasi. Dengan ini, aku bisa menjadi diri aku yang lebih tenang sekarang. Dulu aku lebih perfeksionis, sekarang aku sudah lebih realistis.

Jangan terlalu berekspektasi punya hubungan yang relationship goals. Jangan sayang dengan hubungan yang katanya sudah berjalan bertahun-tahun. Sayang putus karena sejarahnya, sayang putus karena dia first love aku, sayang putus karena keluarga dan temen udah pada kenal dia, sayang putus karena udah banyak foto sama dia di medsos.

Hei, lama-lama, yang peduli sama itu cuma diri kamu sendiri. Ekspektasi hubungan yang ideal itu kamu sendiri yang menentukan. Padahal orang diluar nggak ada yang berekspektasi kamu punya hubungan dari first love sampe mati. Mungkin mereka aja gak tau dia first love kamu. Intinya kisah orang-orang tuh gak ada yang sama, beda semua. Berpanutan boleh tapi gak usah lah nyaman-nyamain, kamu harus ikut ombak kehidupan kamu sendiri. Toh orang-orang di medsos yang dikata goals juga nggak tau kan kamu gimana dalamnya? Belum tentu dia bahagia di belakang kamera.

Sekarang yang terpenting ketenangan diri kamu. Punya hubungan ada untuk ketenangan hati kamu, ada partner bertukar pikiran, teman bercerita, teman berbagi. Bukan barang yang dipamerin bagusnya ke orang lain. Atau alasan lainnya seperti mewujudkan idealisme kamu. No, idealisme bisa dikesampingkan. Yang penting di dalam hati kamunya tenang, gak gelisah. Gimana kalau justru dengan mewujudkan idealisme kamu, malah bikin kamu sakit mental? Mendingan nggak ideal tapi kamu tenang kan?

Percaya sama jalan yang dikasih Tuhan, manusia boleh berekspektasi, tapi Tuhan yang tau apa yang terbaik buat kamu. Jangan pernah meragukan Tuhan kalau Dia bilang relationship kamu nggak kayak fairy tale, yakinlah dia pasti ngasih rezeki yang lainnya.

6. Tidak apa-apa sedikit marah apabila kamu tersakiti, tapi pastikan kamu marahnya pada orang yang menyakiti kamu

Dulu sepanjang hubungan toxic aku, aku orangnya lebih sering memendam dan mengalah. Kalau paling parah palingan ngambek. Ini masih kebawa sampai awal aku punya hubungan sama pacarku yang sekarang (huhu maaf ya sayangku). Sekarang aku sadar bahwa komunikasi itu jalan yang terbaik. Lebih baik kamu bisa mengkomunikasikan ketidaksukaan kamu (ini aku belajar dari pacarku yang sekarang juga, kita sama-sama belajar). Sama dengan kepada orang yang menyakiti kamu, kamu berhak bilang "hei, itu bikin aku sakit hati karena aku merasa gak dihargai" kalau dia nggak mau mendengar juga, kamu berhak marah. 

Tapi ingat, marahlah saja sama dia. Marahlah saja sama orang yang menyakiti kamu. Ini susah karena aku tau sebagai cewek biasanya sensitif. Jangan sampe beleberan marahin siapa aja, jangan juga salah sasaran. Jangan sampe, kamu marahnya ke ortu, ke adik, ke temen, karena kamu badmood sakit hati sama dia, eeeeeh ke dianya malah masih baik sayang-sayang. Ini amit-amit ya guys. 

Ini konteksnya adalah marah dengan menegur langsung ke orangnya dan point out ke dia apa salah dia ya. Karena hal ini bisa melegakan. Bukan marah dengan diam lalu dendam kesumat. Kalau ini nanti efeknya negatif juga ke kamu. Aku sih orangnya lebih percaya hal yang tersampaikan akan lebih menenangkan.

7. Cintai dirimu sendiri

Terakhir, ini adalah inti dari semua poin yang aku tulis di atas ya guys. Jangan biarkan siapapun bikin kamu merasa kamu gak dihargai. Hargai dulu diri kamu sendiri, ingat bahwa nggak ada yang bisa mencintai diri kamu seperti kamu sendiri. Jangan pernah merasa nggak berharga karena Tuhan menciptakan kamu sebaik-baiknya. Jangan salah prioritas. Jangan mengedepankan orang asing terlalu cepat. Kenali dulu sifat dia. Jangan pernah mendewakan orang. Mau dia pintar, pendidikan baik, ganteng, kalau dia menyakiti kamu berarti nggak beres. 

Cuma kamu yang tau cara yang paling benar untuk mencintai diri kamu sendiri, temuilah orang yang mau belajar cara yang benar untuk mencintai kamu. ❤

Love yourself,

kirana

Comments

Popular posts from this blog

Kangen Yogyakarta

Rumah Kita (lagi)

Kompas Raja