Kangen Yogyakarta

Aku mulai merindukan jalan-jalan dan kegiatan volunteer yang dilakukan sebelum pandemi. Makanya sekarang aku mau bikin tulisan ini buat throwback dari kegiatan volunteering gigi dan mulut terakhir aku sebelum terjadi pandemi. Waktu itu aku belum jadi dokter gigi. Aku pikir setelah aku jadi dokter gigi, aku akan mengikuti lebih banyak kegiatan volunteer dan sosial. Ternyata pandemi menyerang.

Tapi yasudah, sekarang ini aku mau mengingat kembali kegiatan terakhir sebelum pandemi di Yogyakarta.

Yogyakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki aura tersendiri dan tidak bisa digantikan. Aura tradisional, penuh seni dan budaya, ramah, semuanya aku rasakan di Yogya. Itulah kenapa aku suka sekali menonton film "Ada Apa dengan Cinta 2" karena film ini mengambil setting tempat di Yogyakarta. Kayaknya aku udah nonton itu puluhan kali deh.

Volunteering

Nah, lalu pada bulan-bulan akhir di 2019, aku dapat kesempatan untuk ikut dengan Kembara Nusa yang berkolaborasi dengan ID Volunteer, mengadakan baksos di Yogyakarta. Aku ikut bersama dua teman satu kampusku yaitu Nadhira dan Regina. Disana ada kegiatan dari ID Volunteer yaitu mengajar bahasa inggris untuk anak SD. Kami Kembara Nusa, yang memang beranggotakan dokter gigi memberikan penyuluhan, pemeriksaan gigi dan tidakan pencegahan gigi berlubang dengan pit and fissure sealant secara gratis. Kami bekerja sama dengan PDGI cabang Bantul, Yogyakarta.

Aku sedang memberi penyuluhan cara sikat gigi

Pemeriksaan dan tindakan PFS

Jaman belum ada corona, masker melorot
gak sadar kita beb

Saat itu, aku dan Nadhira adalah dua orang yang belum menjadi dokter gigi. Kami masih anak koas saat itu. Jadi aku sering juga jadi asisten dokter yang sedang melakukan tindakan. Salah satu yang baru aku pernah alami adalah menggunakan dental unit yang berada di mobil. Waktu itu, kami mendapat fasilitas dari salah satu partner baksos yaitu dental unit dengan suction dan bur high speed.

Buat yang belum tahu, biasanya tindakan di bakti sosial dokter gigi tidak bisa menggunakan kursi gigi (dental unit) yang biasanya ada di klinik dokter gigi. Sebab, DU itu tidak bisa dibawa-bawa dan membutuhkan kompresor (itu loh, mesin gede berisik yang ada di tambal ban). Jadi, baksos dokter gigi sekedar pasien duduk di kursi biasa, tindakan penambalan cuma menggunakan mikromotor, yaitu bur gigi yang putarannya lebih lambat. Jadi, pembersihan gigi biasanya lebih lambat. Kami juga tidak bisa menggunakan suction (alat untuk menyedot ludah dan air dari mulut). Karena hal itu, baksos biasanya lebih banyak melayani cabut dan tambal yang sederhana. 

Tapi, karena adanya tambahan fasilitas, kami bisa melakukan beberapa tindakan yang lebih advance. Aku sendiri mendapatkan kesempatan mencobanya meski cuma jadi asisten. Aku senang!

Aku jadi asisten dokter gigi di dental
unit mobil. Ini pengalaman pertamaku

Para dokter gigi (kecuali aku dan Nadhira, masih koas)

ID Volunteer, Kembara Nusa dan guru SD

Setelah kami lelah melaksanakan baksos, kami diberi hiburan dengan perlombaan masak pecel oleh ibu-ibu warga lokal disana. Seru banget dan ternyata pecel buatan kami enak semua loh!

Situasi pecelan

Bumi Langit

Selain bakti sosial yang dilakukan dua hari, kami juga diajak belajar hal lain terutama di penginapan kami sendiri. Yaitu Bumi Langit. Aku sendiri baru pertama kali dengar Bumi Langit. Bumi Langit itu berada di dataran tinggi Bantul, Yogyakarta. Nama lengkapnya adalah Bumi Langit Premaculture. Jadi, disana adalah suatu tempat tinggal dan tempat belajar dengan perkebunan premaculture yang luas. Premaculture sendiri kira-kira bisa dipahami dengan istilah "tidak ada yang terbuang". Jadi, dalam satu lokasi termasuk perkebunan dan tempat tinggal di Bumi Langit itu, terjadi suatu daur alam yang berkesinambungan. Orang-orang dan hewan yang tinggal disana makan dari tumbuhan hasil perkebunannya, lalu limbahnya dijadikan pupuknya, kotoran hewan juga dijadikan biogas salah satunya untuk memasak. Semua yang disana tidak ada yang terbuang melainkan tetap ada manfaatnya. Bahkan dedaunan yang berserakan di jalan dan kebun pun tidak disapu, karena itu nantinya akan jadi pupuk juga. 

Perkebunan bumi langit berada dibawah, di atasnya terdapat warung Bumi. Warung Bumi menjual makanan dan minuman dari hasil perkebunan Bumi Langit. Salah satu menu andalahnnya adalah kefir dan murbei. Rasanya enak sekali! Kalau kalian kesana harus mencoba!

Tomat yang tumbuh tanpa hambatan di sepanjang jalan setapak Bumi Langit

Murbei andalan Warung Bumi

Kotoran yang menjadi biogas (lihat ada buih gas),
suprisingly sama sekali gak bau!

Just entog

Nadhira dan Regina menikmati hari-hari di Bumi Langit

Oh ya, sekedar informasi, meskipun sepanjang kegiatan volunteering kami tinggal di Bumi Langit. Tapi Bumi Langit sendiri (selain bagian Warung Bumi-nya) sebenarnya tidak membuka kamar penginapan untuk umum. Yang diperbolehkan menginap disana adalah volunteer Bumi Langit, atau orang yang memang ingin belajar premaculture dengan membayar sejumlah biaya. Kami sendiri dapat kesempatan yang sangat langka ini karena kegiatan kami dan kami juga memang ingin belajar tentang premaculture. Jadi, kalau kalian tertarik hidup di alam, jadi volunteer Bumi Langit adalah pilihan yang sangat tepat!

Aku yang kagum dengan lingkungan Bumi Langit

Jalan-Jalan sekitar Yogyakarta

Dari awal kami tiba di Yogya sampai hari terakhir, kami datang ke tempat yang cantik, unik, dan mencoba makanan yang enak. Ini dia beberapa tempat yang kami kunjungi.

Just Playon

Regina dan Nadhira di jembatan

Meeting point kami setibanya di Yogyakarta adalah sebuah restoran yang namanya Just Playon. Restonya memiliki desain interior yang artsy sekali. Dengan warna-warni yang bermacam-macam, membuat kami ingin berfoto di setiap sudutnya. Tidak hanya penampilannya, makanannya juga oke loh rasanya!


Gelato paling hits se-Indonesia

Tidak jauh dari Just Playon, masih sama di jalan Prawirotaman, ada Tempo Gelato. Sepertinya semua orang pasti sudah mengenal nama gelato ini ya. Kalau ke Yogyakarta kayaknya kurang hits kalau nggak ke Tempo. Ini juga pertama kalinya buat aku mencoba Tempo Gelato. Aku memilih rasa choco mint dan speculous. Enak banget! Selain rasa yang aku pilih, Tempo Gelato juga menyediakan rasa unik lain, bahkan aku lihat ada rasa kemangi loh! Cukup lucu kan? 

Arsitekturnya sangat klasik dan oke banget kalau dipost di instagram. Tapi, karena waktu itu muka dan baju aku yang nggak instagrammable, jadi aku foto tangan dan esnya aja deh. 

Bentuk aku ketika strolling around Prawirotaman

Kami menikmati sore di salah satu situs tempat syuting AADC 2 yang sangat aku gandrungi itu. Ini adalah tempat dimana Cinta dan Rangga ngobrol tentang bagaimana kabar keluarga masing-masing. Tempat itu adalah Candi Ratu Boko. Memang aura candi di daerah jawa itu selalu agak mistis (dalam arti yang baik) seakan sarat akan nilai sejarah. Batu-batu yang menyusunnya saja istimewa. Di saat langit mulai menguning, kami berfoto membelakangi matahari sehingga terbentuk siluet. Ini adalah foto favoritku.

Kalian mungkin bisa tebak aku yang mana

Ngomong-ngomong AADC 2, kami juga makan di tempat Rangga mentraktir Cinta makan malam. Yaitu Sate Klathak Pak Pong. Ramai sekali saat itu. Aku rasa keramaian itu salah satunya juga karena meningkatnya popularitas tempat itu karena AADC. Sate klathak sendiri, adalah sate yang tusukannya bukan kayu seperti pada umumnya, tapi menggunakan jeruji roda becak. Jadi, menurut kabar, satenya lebih matang sampai ke dalam. Soalnya kan jeruji becak itu menghantarkan panas. 

Aku suka rasanya, enak. Sayang sekali Nadhira nggak coba, soalnya dia nggak suka kambing.

Sate Klathak sedang dibakar, lihat tusukannya besi

Di hari terakhir, kami kembali lagi ke tengah kota Yogyakarta. Aku dan Nadhira mengajak beberapa orang buat pergi ke outlet Henju by Gracy. Henju by Gracy, atau aku dan Nadhira biasanya nyebutnya Henju doang, adalah toko perhiasan handmade di Yogya. Yang istimewa dari Henju adalah produk perhiasannya memiliki unsur budaya lokal yakni aksara jawa. Itu yang membuat aku tertarik, tapi kalau Nadhira aku rasa dia lebih cenderung tertarik dengan bebatuan alam yang digunakan oleh Henju dalam membuat perhiasan. Henju by Gracy bisa dipesan online melalui instagramnya @henju.by.gracy

Cincin dengan aksara jawa "tresno" yang artinya "cinta"

Untuk makan siang terakhir bersama kami di Yogyakarta, kami pergi ke Raminten. Raminten yang terkenal dengan kabaretnya ini juga punya restoran dan toko oleh-oleh khas Yogya. Kami makan di lantai atas, persis di depan panggung kabaret. Sayang sekali saat itu siang hari sehingga pertunjukan kabaret belum mulai. Mudah-mudahan next time ke Yogyakarta aku bisa menonton kabaret Raminten.

Ada jamu khas juga di Raminten

Panggung kabaret dan makananku 
(aku lupa waktu itu pesen apa)

Begitulah momen-momen seru aku dan kawan-kawan di Yogyakarta sebelum pandemi. Yogya selalu bikin aku rindu, sama seperti Bandung tapi dengan perasaan yang beda. Oh ya terakhir, selama di Yogya aku, Nadhira dan Regina selalu memperagakan pose three wise monkey! Kenapa ya? Mungkin karena kami pas aja gitu bertiga. Ini dia foto-foto kami!

Three Wise Monkey di Candi

Three Wise Monkey saat baksos,
posisi kami tetap sama

see no evil, hear no evil, speak no evil

kirana

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Kita (lagi)

Kompas Raja